Rabu, 24 Agustus 2011

PERJAMUAN JIWA

BANGUNLAH, Cintaku... Bangun !!
Karena jiwamu mengalu-alumu dari dasar laut... Dan menawarkan padamu sayap-sayap di atas gelombang yang mengamuk.

Bangunlah... Karena sunyi telah menghentikan derap kaki kuda dan langkah para pejalan kaki.
Rasa kantuk telah memeluk setiap laki-laki... Sementara aku terbangun sendiri.
Rasa rindu membukakan kertas surat tidurku.

Cinta membawaku dekat denganmu... Namun kebimbangan melemparkan diriku menjauh darimu.
Aku telah membuang bukuku... Karena keluhku mengunci kata-kata dan desah nafasku meninggalkan tempat tidurku, cintaku, karena takut pada hantu lupa yang berada di balik selimut.
Aku telah membuang bukuku... Karena keluhku mengunci kata-kata dan desahan nafasku meninggalkan halaman buku yang kosong di depan mataku !!

Bangun... Bangunlah Cintaku. Dan dengar diriku !!
Aku mendengarkanmu Cintaku !! Aku mendengar panggilanmu dari lautan lepas dan merasakan lembutnya sentuhan sayapmu.
Aku telah jauh dari ranjangku, beranjak ke tanah lapang... Hingga embun membasahi kaki dan bajuku.
Disinilah aku berdiri, dibawah bunga-bunga pohon badam... Memenuhi panggilan jiwamu.
Bicaralah padaku, Cintaku... Dan biarkan nafasmu menghirup angin gunung yang datang padaku dari lembah-lembah Lebanon.

Bicaralah... Tak ada yang akan mendengar selain diriku.

Rung rampung... Mben lah !!

Minggu, 13 Maret 2011

NYANYIAN SUKMA

Di dasar relung jiwaku.
Bergema nyanyian tanpa kata, sebuah lagu yang bernafas di dalam benih hatiku.
Yang tiada dicairkan oleh tinta di atas lembar kulit, ia meneguk rasa kasihku dalam jubah yang tipis kainnya, dan mengalirkan sayang.

Namun bukan menyentuh bibirku.
Betapa dapat aku mendesahkannya? Aku bimbang dia mungkin berbaur dengan kerajaan fana.
Kepada siapa aku akan menyanyikannya? Dia tersimpan dalam relung sukmaku.
Karena aku risau, dia akan terhempas.
Di telinga pendengaran yang keras.
Pabila kutatap penglihatan batinku.
Nampak di dalamnya bayangan dari bayangannya, dan pabila ku sentuh ujung jemariku... Terasa getaran kehadirannya.
Perilaku tanganku saksi bisu kehadirannya, Bagai danau tenang yang memantulkan cahaya bintang-bintang bergemerlapan.

Airmataku menandai sendu, Bagai titik-titik embun syahdu. Yang membongkarkan rahasia mawar layu.
Lagu itu digubah oleh renungan, Dan dikumandangkan oleh kesunyian, dan disingkiri oleh kebisingan, dan dilipat oleh kebenaran, dan diulang-ulang oleh mimpi dan bayangan, dan dipahami oleh cinta, dan disembunyikan oleh kesadaran siang, dan dinyanyikan oleh sukma malam.
Lagu itu lagu kasih-sayang, Gerangan "Cain" atau "Esau" manakah Yang mampu membawakannya berkumandang?
Nyanyian itu lebih semerbak wangi daripada melati:

Suara manakah yang dapat menangkapnya?
Kidung itu tersembunyi bagai rahasia perawan suci,
Getar nada mana yang mampu menggoyahnya?
Siapa berani menyatukan debur ombak samudera dengan kicau bening burung malam?
Siapa yang berani membandingkan deru alam, dengan desah bayi yang nyenyak di buaian?
Siapa berani memecah sunyi dan lantang menuturkan bisikan sanubari yang hanya terungkap oleh hati?
Insan mana yang berani melagukan kidung suci Tuhan?

PERSAHABATAN

Dan jika berkata, berkatalah kepada aku tentang kebenaran persahabatan?
Sahabat adalah kebutuhan jiwa, yang mesti terpenuhi.
Dialah ladang hati, yang kau taburi dengan kasih dan kau panen dengan penuh rasa terima kasih.
Dan dia pulalah naungan dan pendianganmu.
Karena kau menghampirinya saat hati lapar dan mencarinya saat jiwa butuh kedamaian.
Bila dia bicara, mengungkapkan pikirannya, kau tiada takut membisikkan kata "tidak" di kalbumu sendiri, pun tiada kau menyembunyikan kata "ya"
Dan bilamana ia diam, hatimu tiada 'kan henti mencoba merangkum bahasa hatinya, karena tanpa ungkapan kata, dalam rangkuman persahabatan, segala pikiran, hasrat, dan keinginan terlahirkan bersama dengan sukacita yang utuhpun tiada terkirakan.

Di kala berpisah dengan sahabat, janganlah berduka cita, Karena yang paling kau kasihi dalam dirinya, mungkin lebih cemerlang dalam ketiadaannya, bagai sebuah gunung bagi seorang pendaki, nampak lebih agung daripada tanah ngarai dataran.
Dan tiada maksud lain dari persahabatan kecuali saling memperkaya ruh kejiwaan.
Karena kasih yang masih menyisakan pamrih, di luar jangkauan misterinya, bukanlah kasih tetapi sebuah jala yang ditebarkan, hanya menangkap yang tiada diharapkan.
Dan persembahkanlah yang terindah bagi sahabatmu.
Jika dia harus tahu musim surutmu, biarlah dia mengenal pula musim pasangmu.

Gerangan apa sahabat itu hingga kau senantiasa mencarinya, untuk sekedar bersama dalam membunuh waktu? Carilah ia untuk bersama menghidupkan sang waktu! Karena dialah yang bisa mengisi kekuranganmu, bukan mengisi kekosonganmu.
Dan dalam manisnya persahabatan, biarlah ada tawa ria berbagi kebahagiaan.
Karena dalam titik-titik kecil embun pagh, hati manusia menemukan fajar jati dan gairah segar kehidupan.
.